Hampir satu setengah jam dia menunggu tapi yang dinantinya belum kunjung datang. Satu gelas coffee latte sudah habis disesap. Berkali-kali dia melirik layar ponselnya, berharap ada pesan masuk atau panggilan darinya. Tapi dia tetap mendengus kesal.
Diperhatikannya pintu kaca cafe itu. Dan, hasilnya masih sama. Dimas masih sabar menunggu, bahkan untuk setengah jam lagi. Dimas yakin orang yang dia tunggu pasti datang. Tiba-tiba gerimis mulai turun, airnya mengenai kaca cafe membentuk tetesan.
Matanya beralih mengamati hujan di luar sana. Perasaannya tenang dan damai. Walapun hawa dingin mengigit tapi matanya tetap hangat. Dimas merapatkan jaket, mendapatkan sedikit ke hangatan darinya. Dilirik lagi ponsel satu-satunya itu, ada kecemasan dalam dirinya tapi ada keyakinan yang menepisnya kuat. Continue reading “Aidem”