Kepada Minggu

Aku geram dengan Minggu. Karena hari itu aku tidak bisa bertemu denganmu. Aku geram dengan hari libur. Karena dia memisahkanku darimu. Aku geram pada apapun yang memisahkan dan menciptakan jarak.

Tapi..

Aku terkadang sangat suka Hari Minggu. Karena kita bisa bertemu dan memuaskan jumpa sepanjang masa hanya berdua.

Aku terkadang bersyukur pada hari libur. Karena dari dia aku bisa belajar menghargai waktu saat bersamamu. Memaksimalkan waktu saat bertemu untuk mengisi kantongan rindu. Continue reading “Kepada Minggu”

Pejuang Rindu

Aku ini pejuang rindu. Yang selalu mengharap temu walaupun itu hanya impian semu. Keinginanku hanya satu, untuk bertemu dan membunuh rindu.

Rasa ini curang, selalu bertambah tanpa mau berkurang. Selalu pasang setiap saat tanpa mau surut walau sesaat. Kasat tetapi melemahkan. Sangat kuat dan begitu hebat.

Aku ternyata insan lemah. Tak mampu menghadang rasa, tak kuat untuk melawannya, selalu tersiksa setiap harinya. Rasanya perih tapi tak luka dan tak berdarah.

Pada rasa yang angkuh, aku mengaku kalah. Rasa itu menghujamku, menikamku dengan tajam, membunuhku secara perlahan. Continue reading “Pejuang Rindu”

Untuk Kebaikan

Bukan karena aku tidak peduli atau acuh terhadapmu. Ingat, ini hidupmu, ini masalahmu dan cuma kamu yang mempunyai hak penuh untuk menyelesaikannya. Aku tidak akan membantu apa-apa, tidak sekali pun. Aku mungkin melihatmu menangis yang sedang meratapi nasib.

Jangan berharap aku seperti yang lain, menemani dan dengan senang hati memberikan saran dan serentetan kata bijak. Aku bukan orang munafik. Aku mungkin bisa memberikannya dengan mudah tapi apa aku bisa dengan tenang menyarankan sesuatu Continue reading “Untuk Kebaikan”

Arlin

Ardit baru saja pulang sekolah, namun terkejut ketika suara bentakan keras Ayah terdengar dari luar rumah. ‘Ada apa sih?’ 

Ardit segera mempercepat langkahnya untuk masuk ke dalam. Di ruang tengah, Ayah sedang memarahi anak buahnya dengan amarah yang memuncak. “Dia berharga, dan kalian malah teledor saat menjaganya,” Raut wajah Ayah tegang, rahangnya menegas.

“Kalian bosan hidup? Kalian mau mati sekarang? Hah?” Ayah menghembuskan nafas berat, lalu memandang anak buahnya satu per satu.

” style=”width: 316.796875px;

Quote

Jatuh cinta boleh diam-diam

Cemburu buta bisa ditahan

Tapi aksaraku gak akan tinggal diam

-skm

Kalo gak bisa ngomong, ungkapkan lewat tulisan. Tulisan itu cerminan hati kita.

-skm

Suka, ungkapkan. Sedih, ungkapkan. Susah, ungkapkan. Senang, ungkapkan. Semuanya, ungkapkan, dalam kata penuh makna.

-skm

Percikan Api

Perempuan itu bernama Api. Suatu malam, Api harus menempuh perjalanan yang mendesak. Dia baru saja dihubungi oleh Angin, temannya. Angin meminta Api untuk menjemputnya di club malam. Angin itu hobinya clubbing setiap malam.

Api menjemput Angin dengan mobil tua peninggalan ayahnya. Mobil yang lebih sering mampir ke bengkel daripada ke tempat liburan. Biasanya Api memilih motor karena lebih gesit dan cepat. Tetapi tidak untuk sekarang.

Tidak ingin mengambil resiko membawa Angin dalam keadaan mabuk, pasti akan sangat merepotkan. Dia hanya berharap mobilnya tidak bermasalah sampai kembali ke rumah. Continue reading “Percikan Api”

Aidem (2)

“Kamu Dimas?” Tanya gadis cantik itu.

Dimas menganggukkan kepala.

“Boleh aku duduk di sini,” Ucapnya sambil menunjuk bangku kosong di depan Dimas.

“Silakan,” Dimas tersenyum tipis sambil mempersilakan.

“Begini, “ ucap gadis itu sambil mengatur nafasnya pelan. “Namaku Gadis,” putusnya lagi. Dia menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskan kasar. Masih terengah-engah, mungkin dia berlari sekuat tenaga untuk sampai di sini, di meja Dimas. Berlari untuk menemui Dimas, tapi .. untuk apa?

“..aku teman satu kost Putri. Tadi siang Putri nitipin ini,” tangannya terulur menyodorkan sebuah amplop berwarna biru. 

Dimas terkaget. Perempuan itu teman Putri, dan sudah pasti dia tahu di mana sosok orang yang dicarinya itu berada. Dimas mengambil surat itu.

Continue reading “Aidem (2)”

Aneh bin Unik

Hari ini sedikit berbeda dari biasanya, malam ini aku kedatangan saudaraku dari jauh dan dia akan menginap di rumahku. Aku jelas tidak menolak kalau dia tidur denganku. Bahkan dengan senang hati aku menyambutnya, karena dia akan menjadi teman tidurku untuk beberapa hari ke depan.

“Pake selimut gak?” tanyaku saat mengambil selimut di lemari. Dia masih terdiam. Aku letakkan selimut yang kuambil ke tempat tidur dan dirabanya kemudian.

 “Enggak ah, selimutnya tebel,” putusnya.

Aku menyernit heran. “Bikin anget tahu,” timpalku. Continue reading “Aneh bin Unik”

Beda yang Unik

Hari ini sedikit berbeda dari biasanya, aku kedatangan saudara dari jauh dan dia akan menginap di rumahku. Aku jelas tidak menolak kalau dia tidur denganku. Bahkan aku menyambutnya dengan senang hati. Karena aku akan mendapat teman tidur untuk beberapa hari ke depan.

“Pake selimut nggak?” tanyaku saat mengambil selimut di lemari. Dia masih terdiam. Aku letakkan selimut yang kuambil ke tempat tidur dan dirabanya kemudian.

“Enggak ah, selimutnya tebel,” putusnya.

Aku mengernyit heran. “Bikin anget tahu,” timpalku. Continue reading “Beda yang Unik”